WARTAHOT – “ADALAH hak Allah untuk mendapatkan respon ridho dan sabar dari kita saat kita berada dalam kesulitan. Adalah hak Allah untuk mendapatkan puji dan syukur dari kita saat kita berada dalam kemudahan.” Demikian disampaikan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Tentu, kalimat itu semakna dengan apa yang biasa kita dengar bahwa kita wajib bersabar ketika ditimpa musibah dan bersyukur ketika dikaruniai nikmat. Perbedaannya adalah yang pertama menekankan pada adanya HAK ALLAH, sementara yang kedua penekanannya pada KEWAJIBAN MANUSIA.
Bagi saya, ungkapan dengan penekanan pada hak Allah adalah lebih menyentuh mengingat semua yang ada yang yang akan ada adalah milikNya, yang nyata dan yang ghaib juga merupakan kepunyaanNya. Lalu dimanakah kita mau menuntut hak kita?
Terlebih ketika ternyata semua yang dibutuhkan kita telah diberikan oleh Allah sehingga kita hidup sampai saat ini. Kesadaran akan kewajiban kita dengan landasan kesadaran akan hak Allah akan menjadikan kita lebih tulus dan ringan beribadah dan beramal baik.
Keengganan dan kemalasan kita berbuat untuk agama adalah karena klaim kita bahwa apa yang kita dapatkan dan miliki adalah milik kita. Kita lupa pada hakikat bahwa semuanya adalah milik Allah. Bahkan kita juga lupa bahwa kitapun adalah milik Allah.
Kita tertipu dengan sesuatu yang terlihat karena melupakan hakikat. Sertifikat rumah milik kita, STNK milik kita, surat tanah milik kita dan lain sebagaimnya. Saat musibah tiba maka datanglah sedih dan gelisah karena lupa bahwa tabiat dan hakikat dunia itu tak pernah abadi. Yang abadi hanyalah Sang Pemilik dan Pengatur dunia.
Mari kita bersama belajar mengurangi keluh kesah. Mari kita belajar bersama untuk memuji dan bersyukur. Gunakan semua yang ada untuk apa yang disukaiNya, maka Dia akan mengklaimkan semua yang kita persembahkan sebagai milik kita yang sesungguhnya.
1 comment