Mengapa Raja Salman Pilih Bali Jadi Tempat Berlibur?

WARTAHOT – Kunjungan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud beserta rombongan memulai kunjungan ke Indonesia, Rabu 1 Maret 2017, dengan menginjakkan kaki di Jakarta. Raja Salman berada di Jakarta selama tiga hari untuk melakukan kunjungan resmi kenegaraan, sedangkan enam hari selanjutnya berlibur di Bali.

Mengapa raja Arab ini memilih Bali sebagai tempat berlibur? Jawabannya, Bali selain dikenal dengan sebutan The Beautiful Island, juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan surganya dunia. Apalagi sampai sekarang kalau jujur harus diakui, masih banyak turis mancanegara lebih mengenal Bali ketimbang Indonesia, padahal Bali adalah salah satu provinsi dari Indonesia.

Yang lebih menarik lagi, pada umumnya kepala negara/kepala pemerintahan yang berkunjung ke Bali membawa rombongan dalam jumlah terbatas. Tetapi sangat berbeda dengan Raja Salman yang datang ke Indonesia dan berlibur di Bali dengan membawa rombongan cukup besar.

“Jumlah rombongannya pun tidak tanggung-tanggung, mencapai 1.500 orang, termasuk di dalamnya 10 menteri dan 25 pangeran,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir.

Tempat berlibur Raja Salman di Bali adalah hotel mewah yang tersebar di kawasan Nusa Dua. Kawasan Nusa Dua dikenal dengan kawasan eksekutif dan sering menjadi tempat berkumpulnya para tokoh dunia. Hotel-hotel yang ada di kawasan ini juga dikenal mewah dan sangat eksklusif. Keindahan pantai yang disajikan pun menjadi daya tarik tersendiri, sehingga menjadi lokasi favorit turis mancanegara dari kalangan menengah ke atas. Tak heran bila banyak turis luar negeri mengidam-idamkan untuk menikmati waktu liburnya di Bali, termasuk tokoh dan artis top dunia.

Berpengaruh
Industri pariwisata Bali memercayai acara liburan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud beserta rombongan mendatangkan pengaruh postif terhadap kunjungan turis mancanegara, khususnya wisatawan Timur Tengah.

Hal itu bisa terjadi lantaran efek publikasi dari kegiatan Raja Salman. “Efek ya kalau sudah rajanya atau figur publik yang datang, dampak ikutan itu pasti ada,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau akrab disapa Cok Ace.

Cok Ace menyebut terlepas apakah Arab Saudi melakukan investasi atau tidak di Bali, kedatangannya akan meningkatkan branding Bali sebagai destinasi yang pantas dikunjungi wisatawan Timur Tengah.

Hal senada dikatakan disampaikan Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali, I Ketut Ardana. Menurutnya, masyarakat Arab Saudi bisa menyaksikan kunjungan Raja Salman ke Bali melalui siaran media milik Arab Saudi.

“Kunjungan rajanya (Raja Salman) akan disiarkan di negaranya (Arab Saudi). Kita promosi tidak perlu bayar lagi. Sudah pasti ke depan, masyarakatnya pasti ke sini (Bali),” kata Ketut.

Bangga
Raja Salman dan rombongan direncanakan akan berlibur di Bali pada 4-9 Maret 2017. Namun, status rombongan di Bali bukan lagi tamu negara, melainkan wisatawan biasa. Rencana kedatangan Raja Salman ke Bali memberikan angin segar kepada umat Islam yang ada di Bali untuk menepis isu negatif tentang teroris pasca-peristiwa bom Bali beberapa tahun silam.

“Peristiwa pengemboman di Kuta adalah luka tersendiri bagi kami yang ada di Bali. Islam dianggap sebagai agama teroris, padahal Islam itu agama yang mengajarkan kedamaian,” ujar seorang warga keturunan Arab, Said Bathaf yang sudah lama tinggal di Bali.

Said yang lahir di Karangsem, Bali, mengaku bangga, karena Bali menjadi tempat berlibur raja Arab. Menurutnya, dari 14 persen umat Islam yang tinggal di Bali saat ini, sekitar 3 persen di antaranya adalah keturunan Arab. Mereka sudah beranak-pinak di Bali dan menjadi bagian dari negara Indonesia.

“Kalau saya sendiri adalah generasi ketiga yang tinggal di Bali. Kakek saya yang asli kelahiran di Arab, dari Hadramaut,” katanya.