WARTAHOT -Kematian dokter spesialis anestesi setelah piket panjang di rumah sakit menjadi pembicaraan di media sosial dan memicu diskusi tentang aturan jam kerja dokter.
Dokter Stefanus Taofik dilaporkan meninggal dunia setelah melakukan tugas jaga, yang dilaporkan berlangsung ‘lima hari di tiga rumah sakit’ saat libur Lebaran.
Ikatan Dokter Indonesia membenarkan kejadian tersebut, namun masih menyelidiki penyebab kematian, kata Sekjen Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr M Adib Khumaidi.
“(Kita periksa) juga apa betul jaga lima hari, karena informasi lain menyebut bahwa dia berjaga 2×24 jam dengan status on call,” katanya kepada Christine Franciska. “Dokter anestesi tidak seperti dokter UGD yang selalu melek terus di UGD, kalau anestesi biasanya disediakan tempat untuk istirahat.”
Ketika tugas on call, dokter tidak harus berada di rumah sakit, tetapi banyak yang memilih berjaga di rumah sakit karena ketika ada panggilan dituntut untuk cepat datang, kata Adib. “Harus dilihat apakah ada faktor pencetus di jantungnya, karena jika ditambah dengan jaga on call, karena (saat on call) stressornya tinggi, ini bisa jadi pemicu. Ini yang perlu ditunggu informasi resminya.”
Informasi tentang kematian dokter Taofik pertama kali ditulis dalam blog kesehatan, Selasa (27/06) kemarin. Blog yang diasuh oleh Dokter I Made Cock Wirawan itu menyebut dokter Taofik diduga meninggal karena serangan jantung di kamar jaga rumah sakit di Bintaro.
“Sebab beliau sudah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di kamar jaga rumah sakit. Sebelum meninggal, dokter Taofik melaksanakan jaga di tiga rumah sakit selama lima hari berturut turut dikarenakan banyak seniornya yang cuti,” tulisnya.
Tidak ada aturan jam kerja
Dokter Made, pengelola blogdokter.net, mengatakan, bahwa dia menerima informasi ini dari kolega-koleganya dan menekankan bahwa penyebab pastinya masih diselidiki.
“Banyak dugaan, karena (bisa diduga) kelelahan, jaga terlalu lama, ada dugaan serangan jantung. Untuk pastinya masih diinvestigasi oleh Ikatan Dokter Indonesia,” katanya,
Di media sosial, sejumlah orang menyampaikan keprihatinan. “Mudah-mudahan hal seperti ini jadi evaluasi, cuti pun harus ada yang monitor,” kata satu pengguna Twitter. Lainnya mengatakan, “regulasi jam kerja sebenarnya yang perlu dikaji lebih lanjut, dokter, residen, fellow dan lainnya.”
Dokter Made mengatakan saat ini regulasi tentang jam kerja dokter di Indonesia belum jelas. “Beda dengan di Eropa dan di Amerika Serikat, (diatur) dokter muda (kerja) berapa jam, senior berapa jam, di sini belum ada.”
Selain itu, dia menambahkan, sumber daya manusia di rumah sakit tidak sama.
“Ada yang spesialis anestesi satu orang, dua orang. Kalau satu orang, ada operasi 10 sehari, ya dia semua yang ambil karena anestesi menyangkut semua operasi. Intinya dipenyebaran dokter belum bagus sehingga regulasi tidak bisa diterapkan di semua rumah sakit, sehingga rumah sakit menerapkan berbeda-beda,” katanya.
Adib dari IDI mengatakan kasus overwork pernah beberapa kali terjadi. “Dulu pernah ada dokter bedah, meninggal, ternyata ada faktor pemicu karena dia perokok dan punya kolesterol. Ada juga yang sudah ada gejala sebelumnya, nyeri dada dan sebagainya, tapi tidak pernah cek,” katanya.
5 comments